MUARA ENIM – Warga di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, terus mengeluhkan dampak buruk dari truk batubara yang melintasi jalan lintas tengah (Jalinteng) Sumatera. Kehadiran angkutan batubara di jalan umum tidak hanya menyebabkan kemacetan dan kecelakaan, tetapi juga menimbulkan debu yang merusak kesehatan dan mengotori rumah-rumah warga.
Seorang pengguna jalan, Yansah (32), menegaskan bahwa debu dari truk batubara mengurangi jarak pandang, mengotori pemukiman, menyebabkan kemacetan, dan berisiko mengakibatkan penyakit ISPA. “Kami meminta pemerintah mengevaluasi izin angkutan batubara,” katanya pada Minggu (21/7/2024).
Yansah mengungkapkan bahwa dampak aktivitas truk batubara sangat dirasakan dari Desa Tanjung Lalang hingga kota Muara Enim. Debu batubara sering kali terbang ke udara, membuat pandangan mata pedih dan pernapasan terganggu, terutama bagi pengendara motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Subahri (65), warga Desa Darmo, mengeluhkan bahwa truk batubara melintasi desanya sekitar pukul 17.30 WIB, sering kali dalam konvoi yang mengganggu pengguna jalan lain. “Saya sangat setuju angkutan batubara harus melalui jalan khusus, bukan jalan umum,” ujarnya.
Ketua DPP LSM Gerakan Masyarakat Suka Lingkungan Hijau (Gemasulih), Andi Chandra, mendesak pemerintah untuk lebih peka terhadap kondisi di lapangan dan dampak dari aktivitas pertambangan. “Penambangan batubara harus diberi batas waktu untuk membangun jalan khusus. Jangan terus diberikan kompensasi,” tegasnya.
Andi menambahkan bahwa kompensasi yang diberikan selama belasan tahun telah merugikan masyarakat luas. “Ini jalan nasional, bukan untuk angkutan batubara. Pemerintah harus bertindak, jangan sampai masyarakat marah dan bertindak sendiri.”
Masalah Lingkungan dan Keselamatan:
Menurut Andi, polusi udara dari truk batubara telah merambah ke pemukiman, merusak fasilitas umum seperti jalan raya, tiang listrik, dan marka jalan. “Polusi ini bisa menyebabkan penyakit ISPA, dan jika ada kecelakaan atau kematian, siapa yang bertanggung jawab?” tanyanya.
Andi juga menyoroti perilaku ugal-ugalan supir truk batubara yang sering menyebabkan kecelakaan, merugikan jiwa dan material warga. “Kemacetan lalu lintas sudah menjadi makanan sehari-hari, terutama di Kecamatan Tanjung Agung dan Lawang Kidul.”
Dengan tingginya aktivitas angkutan batubara, warga Muara Enim berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah ini demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.
Sumber Berita: Internet