INDOTIMES.ID, Rusia – Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia setuju dengan usulan gencatan senjata, tetapi menegaskan bahwa perjanjian tersebut harus membawa perdamaian jangka panjang dan menyelesaikan akar konflik dengan Ukraina.
“Kami setuju dengan usulan untuk menghentikan permusuhan, tetapi gencatan senjata ini harus mampu menghasilkan perdamaian yang langgeng dan mengatasi penyebab krisis ini,” ujar Putin dalam pidatonya pada Kamis (13/3/2025) malam.
Namun, sikap Rusia tetap keras terhadap proposal gencatan senjata 30 hari yang diajukan Amerika Serikat. Yuri Ushakov, penasihat utama Putin dalam kebijakan luar negeri, menolak usulan AS tersebut dengan alasan bahwa hal itu hanya akan menjadi “jeda sementara” bagi militer Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tujuan kami adalah penyelesaian damai jangka panjang, bukan langkah-langkah yang hanya meniru perdamaian,” tegas Ushakov dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia dan kantor berita RIA Novosti.
Penolakan Rusia terhadap usulan AS datang di tengah perundingan rahasia yang terus berlangsung antara Moskow dan Washington. Ushakov mengonfirmasi bahwa ia telah melakukan kontak rutin dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Walz, meskipun pembicaraan tersebut tetap bersifat tertutup.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy justru menyambut baik proposal AS. “Kami siap untuk gencatan senjata 30 hari seperti yang diusulkan Amerika,” kata Zelenskyy pada Rabu.
Sementara negosiasi masih berlangsung, Rusia menunjukkan dominasi militernya dengan merebut kembali kendali atas kota strategis Sudzha di wilayah Kursk, yang sebelumnya sempat dikuasai Ukraina sejak serangan mendadak pada Agustus lalu.
Dengan situasi yang terus memanas, dunia kini menanti apakah gencatan senjata yang diusulkan benar-benar akan membawa perdamaian, atau sekadar menjadi jeda sementara sebelum perang kembali berkobar.
Penulis : Fadhil