JAKARTA, (indotimes.id) – Pembangunan pabrik bahan material untuk baterai kendaraan listrik di berbagai provinsi menunjukkan perkembangan positif dalam upaya membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat meresmikan pabrik anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energi di Kendal, Jawa Tengah.
“Impian kita mengenai sebuah ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi mulai terwujud,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden Jokowi, ekosistem kendaraan listrik ini didukung oleh pembangunan smelter nikel dan turunannya di beberapa wilayah seperti Morowali dan Weda Bay. Smelter PT Freeport Indonesia akan mulai berproduksi pada bulan September, diikuti oleh smelter bauksit di Mentawai, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jika semuanya berjalan lancar, ekosistem akan terbentuk, memungkinkan kita masuk ke rantai pasok global yang memberikan nilai tambah besar, baik dalam hal perekrutan tenaga kerja maupun pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Jokowi mengakui bahwa membangun ekosistem dalam industri kendaraan listrik bukanlah hal yang mudah. Keputusan pemerintah untuk menghentikan ekspor bahan mentah nikel masih menuai pro dan kontra. Namun, konsistensi kebijakan tersebut mulai membuahkan hasil dengan meningkatnya nilai ekspor nikel serta terbangunnya ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia.
Pabrik anoda baterai lithium di Kendal ini akan mampu memproduksi 80.000 ton material anoda per tahun, yang setara dengan produksi 1,5 juta mobil listrik.
“Pabrik anoda baterai ini menggunakan bahan natural grafit yang diimpor dari Afrika dan artificial grafit dari kilang Pertamina di Riau. Sementara untuk bahan lithium, kita mengimpornya dari Australia. Namun, untuk kobalt, mangan, dan nikel, semuanya ada di Indonesia,” jelas Jokowi.
Luhut: Hilirisasi Nikel Penting untuk Industri Kendaraan Listrik
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa anoda merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai lithium. Hilirisasi nikel yang dilakukan saat ini telah membentuk komponen katoda yang berperan sebagai sumbu positif.
Investasi PT Indonesia BTR New Energy di Indonesia dinilai memiliki peran penting dalam memenuhi ambisi Indonesia menjadi pemain utama dalam rantai pasok global di industri kendaraan listrik. Luhut juga menyebutkan bahwa perusahaan tersebut sedang membangun pabrik fase kedua yang akan rampung pada 1 Maret 2025, yang diproyeksikan memproduksi 160.000 ton anoda.
“Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomor dua terbesar di dunia, melampaui Jepang dan Korea Selatan,” ujar Luhut.
Luhut menambahkan bahwa dengan adanya pabrik anoda baterai ini, ekosistem industri baterai lithium di Indonesia akan semakin lengkap.
Pengamat: Indonesia Berpeluang Menjadi Pemain Utama Kendaraan Listrik
Pengamat Energi, Fabby Tumiwa, sependapat bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik di tingkat global. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Thailand yang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
“Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik, terutama karena ketersediaan nikel yang diolah di dalam negeri,” kata Fabby.
Namun, Fabby menekankan pentingnya fokus pada pasar domestik terlebih dahulu. Pemerintah menargetkan populasi kendaraan listrik mencapai 1-2 juta unit pada tahun 2030.
“Untuk mencapai target tersebut, produksi kendaraan listrik harus mencapai 300-400 ribu unit per tahun setelah 2025,” tambahnya.
Fabby juga mencatat bahwa harga kendaraan listrik yang semakin bersaing dengan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) membuat tren kendaraan listrik semakin membaik di Indonesia.
“Segmen harga mobil listrik kini sudah berada pada kisaran Rp300 juta-Rp400 juta, yang merupakan segmen harga yang paling banyak diminati konsumen Indonesia,” pungkasnya.