WASHINGTON, (indotimes) – Pertemuan Terakhir KTT NATO di Washington DC Bahas Ukraina dan China: Ini Respons Tiongkok dan Rusia. Pada hari terakhir KTT NATO di Washington DC, Kamis (11/7), negara-negara sekutu mengadakan dua pertemuan terpisah dengan para mitra Indo-Pasifik, yaitu Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru, serta dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Melansir VOA, Dalam sambutannya pada pertemuan NATO bersama mitra Indo-Pasifik dan Uni Eropa, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menegaskan pentingnya membahas perang Rusia melawan Ukraina, dukungan ekonomi China terhadap Rusia, dan meningkatnya persekutuan negara-negara otoritarian.
Stoltenberg menekankan bahwa kerja sama erat antara NATO dan mitra Indo-Pasifik diperlukan untuk menjaga perdamaian dan melindungi tatanan dunia internasional berbasis hukum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sehari sebelumnya, Stoltenberg menyampaikan komunike KTT NATO yang mengandung teguran keras terhadap Beijing. Sekutu-sekutu NATO menyebut China sebagai “penggerak yang menentukan” dalam perang Rusia melawan Ukraina dan mengungkapkan kekhawatiran terkait persenjataan nuklir Beijing serta kemampuan militernya di angkasa luar.
Komunike ini disetujui oleh seluruh 32 anggota NATO, menegaskan bahwa China kini menjadi fokus aliansi militer tersebut.
Kementerian Luar Negeri China dengan tegas menyangkal komunike tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menuduh NATO melebih-lebihkan peran China dalam isu Ukraina dan menyebut pernyataan itu keterlaluan serta penuh niat jahat.
“Deklarasi KTT NATO di Washington meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Pasifik dan dipenuhi mentalitas Perang Dingin. Konten terkait China penuh dengan prasangka, fitnah, dan provokasi,” tandasnya.
Lin juga menekankan bahwa China memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis Ukraina dan meminta NATO untuk meninggalkan konsep konfrontasi blok yang ketinggalan zaman, serta tidak mencampuri politik dalam negeri China.
Beijing menegaskan bahwa pihaknya tidak memberikan bantuan militer kepada Rusia, tetapi tetap menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan negara tetangganya itu selama konflik berlangsung.
Sementara itu, NATO sepakat untuk terus mendukung Ukraina dalam upayanya menjadi anggota NATO yang kini dianggap “irreversible”. Stoltenberg menyatakan bahwa Ukraina pasti akan menjadi anggota NATO pada waktu yang tepat.
NATO juga menyiapkan paket bantuan bagi Ukraina, termasuk pendirian pusat komando di Wiesbaden, Jerman, untuk memberikan pelatihan kepada militer Ukraina serta bantuan langsung seperti sistem pertahanan udara dan jet tempur F-16, serta komitmen bantuan militer senilai 40 miliar euro (sekitar Rp700 triliun) selama setahun ke depan.
Dalam konferensi pers bersama Stoltenberg dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Zelenskyy mengucapkan terima kasih atas paket bantuan dari NATO, terutama pengiriman sistem pertahanan udara mengingat serangan udara yang menghancurkan rumah sakit anak terbesar di negara itu dan menewaskan puluhan orang.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mencela komitmen NATO yang akhirnya akan menerima keanggotaan Ukraina dan menyatakan bahwa Rusia harus berusaha menghilangkan Ukraina atau NATO.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa Rusia sedang merencanakan “langkah-langkah tanggapan” untuk mengekang “ancaman yang sangat serius” dari NATO, dan menegaskan bahwa NATO kini terlibat sepenuhnya dalam konflik di Ukraina.
Menjelang KTT NATO, Rusia menembakkan rentetan rudal ke Ukraina, menewaskan puluhan orang, termasuk di ibu kota Kyiv, di mana rumah sakit anak terbesar rusak berat.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan paket bantuan keamanan baru bagi Kyiv sebagai bagian dari rangkaian penutupan KTT NATO di Washington DC.