INDOTIMES.ID, Gaza – Israel mengumumkan akan memutus total pasokan listrik ke Jalur Gaza, keputusan yang dinilai akan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Menteri Energi dan Infrastruktur Israel, Eli Cohen, pada Minggu (9/3), menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera dan melemahkan kekuatannya di Gaza.
“Kami akan menggunakan semua cara yang tersedia agar para sandera dapat kembali, dan kami akan memastikan Hamas tidak akan berada di Gaza pada ‘hari berikutnya’,” tegas Cohen.
Keputusan ini muncul seminggu setelah Israel menghentikan seluruh pasokan barang ke Gaza, yang dihuni lebih dari 2 juta warga Palestina.
Hamas: Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Perang
Juru bicara Hamas, Hazem Qassam, mengecam kebijakan Israel, menyebutnya sebagai “strategi menciptakan kelaparan yang mengabaikan hukum internasional.”
Menurutnya, pasokan listrik ke Gaza sudah hampir tidak ada sejak perang dimulai, sehingga pemutusan total hanya akan memperburuk situasi.
Pemadaman listrik ini dikhawatirkan akan menghentikan operasional fasilitas penting, termasuk rumah sakit, pabrik desalinasi air minum, dan sistem sanitasi. Saat ini, sebagian besar infrastruktur di Gaza telah hancur akibat konflik, dan fasilitas yang tersisa hanya bergantung pada generator.
PBB dan ICC Soroti Kebijakan Israel
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa pemutusan pasokan listrik dan bantuan kemanusiaan bisa dianggap sebagai bentuk hukuman kolektif terhadap warga sipil, yang melanggar hukum internasional.
Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) sebelumnya telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dengan tuduhan bahwa Israel menggunakan “kelaparan sebagai metode peperangan” dalam konflik ini.
Israel membantah semua tuduhan tersebut dan menyalahkan PBB atas keterlambatan distribusi bantuan.
Gencatan Senjata Mandek, Nasib Sandera Tak Jelas
Israel dan Hamas masih belum mencapai kesepakatan terkait gencatan senjata baru. Israel menginginkan Hamas membebaskan setengah dari sandera yang tersisa sebagai syarat negosiasi lebih lanjut. Sementara Hamas menuntut kesepakatan yang mencakup penarikan pasukan Israel dan perdamaian permanen.
Saat ini, Hamas diyakini masih menahan 24 sandera hidup dan menyimpan jenazah 35 lainnya.
Israel berencana mengirim delegasi ke Qatar pada Senin (10/3) untuk melanjutkan negosiasi, tetapi belum ada tanda-tanda kesepakatan akan segera tercapai.
Di tengah situasi yang semakin kritis, penghentian pasokan listrik ini diprediksi akan memperburuk penderitaan warga Gaza dan meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel.