DUBAI, (indotimes.id) – Garda Revolusi Iran mengumumkan pada Sabtu (4/8) bahwa pemimpin kelompok militan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh di Teheran oleh proyektil jarak pendek dengan bahan peledak seberat sekitar 7 kg. Militer Iran bersumpah akan membalas dendam atas tindakan tersebut.
Pembunuhan yang terjadi pada Rabu (31/7) pekan lalu ini meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik langsung antara Teheran dan Israel, yang merupakan musuh bebuyutan, di kawasan yang sudah terguncang oleh perang Israel di Gaza dan meningkatnya konflik di Lebanon.
“Balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas akan berat dan dilakukan pada waktu, tempat, dan cara yang tepat,” kata pernyataan Garda Revolusi, sambil menyalahkan “rezim teroris Zionis” Israel atas kematian Haniyeh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Iran dan Hamas menuduh Israel melakukan serangan yang menewaskan Haniyeh beberapa jam setelah ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Potret Ismail Haniyeh dipajang dalam demonstrasi yang mengecam pembunuhannya di kota pesisir Sidon, Lebanon, pada 2 Agustus 2024. (Foto: AFP)
The New York Times, mengutip sumber anonim, melaporkan bahwa ledakan yang menewaskan Haniyeh berasal dari bom yang diselundupkan secara diam-diam ke wisma tempat ia menginap di Teheran dua bulan lalu. Pejabat Israel belum mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pernyataan pasukan elite Iran juga menuding “pemerintah kriminal Amerika Serikat” mendukung serangan yang menurut media Iran terjadi di pinggiran utara Teheran. Haniyeh dimakamkan pada Jumat (2/8) di Qatar, tempat ia bertugas.