INDOTIMES.ID, Jakarta – Indonesia dan Chili semakin mempererat kerja sama di sektor hilirisasi sumber daya alam, khususnya dalam pemanfaatan nikel dan kobalt untuk industri baterai.
Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI Indonesia-Chili, Idrus Salim Aljufri, menekankan bahwa sinergi kedua negara dalam pengolahan sumber daya alam ini akan membawa dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Dalam pertemuan dengan Duta Besar Chili untuk Indonesia, Mario Ignacio Artaza, di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (19/3/2025), Idrus menyampaikan bahwa Indonesia dan Chili memiliki potensi yang saling melengkapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Chili memiliki kobalt, sementara Indonesia memiliki nikel. Jika dipadukan, kedua komoditas ini bisa menghasilkan baterai berkualitas tinggi yang memiliki nilai jual lebih besar,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya hilirisasi sebagai strategi untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Produk hasil pengolahan nikel dan kobalt dapat memiliki nilai ratusan kali lipat lebih tinggi dibandingkan bahan mentahnya, yang berpotensi mendatangkan keuntungan besar bagi kedua negara.
Selain manfaat ekonomi, kerja sama ini juga diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi asing dan membuka lapangan pekerjaan di sektor industri baterai dan energi terbarukan.
“Hilirisasi tidak hanya sekadar mengekspor bahan mentah, tetapi juga menciptakan industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” kata Idrus.
Dalam kesempatan yang sama, Idrus juga menyoroti aspek diplomasi pertahanan dengan kedatangan kapal perang Chili, Esmeralda, ke Indonesia.
Ia menilai kunjungan tersebut sebagai simbol kepercayaan Chili terhadap Indonesia, sekaligus memperkuat hubungan bilateral kedua negara di berbagai sektor.
Dengan meningkatnya kerja sama di bidang ekonomi dan industri, Indonesia dan Chili semakin menunjukkan komitmennya untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan memperluas peluang bisnis di tingkat global.